LihatJuga. Analisis Struktur Reservoar Panas Bumi Pada Daerah Gunung Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung Berdasarkan Data Gayaberat oleh: Muhammad Iqbal Tawakkal Terbitan: (2016) ; Identifikasi Keberadaan Struktur Sesar Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis First Horizontal Derivative (FHD) Dan Pemodelan 2D (Forward Modeling)
PotensiAgrowisata di Sabina Lumbung Persada, dilihat dari sapta pesona : 1. Keamanan. Sabina Lumbung Persada memiliki potensi ini. Jika hendak menuju tempat ini dimulai dari Kota Metro, maka perjalanan yang di tempuh tidaklah beresiko. Dari kota Metro, kita bisa melalui Metro Selatan, jalan terus hingga melewati perkebunan karet yang akrab
BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com. - Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan menyiapkan dana Rp 1,2 miliar untuk membenahi sejumlah infrastruktur di Pulau Sebesi guna mendukung pengembangan obyek wisata kawasan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.. Bupati Lampung Selatan Rycko Menoza SZP, di Pulau Sebesi Kecamatan Rajabasa, Kamis
GunungRajabasa adalah Gunung yang megah yang ada di Lampung selatan, jika anda memasuki Kota Kalianda (Ibukota Kabupaten Lampung Selatan). Tepatnya kota kalianda terletak kaki gunung Rajabasa di sebelah Barat daya.. Nah ternyata di Gunung Rajabasa ini banyak sekali menyimpan wisata air terjun, yang mana Ă irnya bersumber dari
Ratusanmassa yang berunjuk rasa dihadang aparat kepolisian di kawasan Gunung Rajabasa, Desa Sukaraja, Rajabasa, Lampung Selatan, Rabu (29/5). Masyarakat adat menolak PT Supreme Energy melakukan kegiatan persiapan eksplorasi panas bumi kawasan itu karena s BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest, Klik di Sini
Andabisa berbagi dan membantu memajukan wisata Lampung Selatan dengan menulis Travelog tentang tempat wisata Lampung Selatan atau di daerah lain di Indonesia. Tempat Wisata di Lampung Selatan 1. Air Panas Way Belerang Di kaki Gunung Rajabasa, 4 Km dari Kalianda, dilengkapi kamar bilas, kamar ganti, dan warung. 2. Budidaya Laut dan
Uo6550. Erupsi Gunung Anak Krakatau terlihat dari KRI Torani 860 saat berlayar di Selat Sunda, Lampung, Selasa 1/1/2019. BANDAR LAMPUNG – Gunung Anak Krakatau GAK yang berada di perairan Selat Sunda Provinsi Lampung dan Provinsi Banten mengalami erupsi lagi pada Jumat 9/6/2023 petang. Terpantau kolom abu vulkanis dari puncak GAK sekira tingginya 3 km. Warga dan wisatawan masih dilarang mendekat dengan radius 5 km.“Ya benar, tinggi kolom abu vulkanis meter,” kata Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Hago Pancuran, Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Andi Suardi kepada Jumat 9/6/2023. Status GAK saat ini masih belum berubah pada Level III atau Siaga, sejak ditetapkan pada 24 April 2022. GAK pernah erupsi pada 12 Mei 2023, dengan tinggi kolom abu vulkanik melebihi 2,5 km dari puncak yang diperoleh dari warga Pulau Sebesi, Jumat 9/6/2023, terdengar bunyi letusan di GAK dan terlihat pada pandangan mata telanjang kolom abu vulkanis. Warga menyaksikan letusan yang disertai keluarnya abu vulkanis tersebut. Warga mengaku cemas pada kondisi erupsi GAK saat ini karena teringat dengan kejadian musibah gelombang tsunami pada 22 Desember 2018 silam. Saat itu, kawah GAK runtuh dan menyebabkan gelombang laut di Selat Sunda menghantam pemukiman penduduk di Pulau Sebesi juga beberapa desa di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan.
ArticlePDF AvailableAbstract and FiguresThe sites of Benteng Saksi and Kuripan Saka are the center of settlement or the capital of Keratuan Darah Putih. The research was conducted in Kuripan Village, Penengahan District, South Lampung Regency. The research objective was to determine the factors causing the sites of Benteng Saksi and Kuripan Saka suitable for settlements. The method used is a field survey and interpretation of geological map data. The results of field observations and mapping showed that the areas of the sites of Benteng Saksi and Kuripan Saka were included in the morphological unit of undulating plains with an average height of 50 m above sea level consisting of tertiary-quaternary and alluvial volcanoclastic deposits. The rock lithology found was Breccia Rocks from the eruption of Rajabasa Volcano and Tufan Sandstones. Based on the analysis of basic physical aspects of the area such as the physical characteristics of the rocks, morphological conditions, availability of water sources, and disaster factors in the area of Benteng Saksi and Kuripan Saka sites, it does not indicate any problems in terms of the basic physical aspects of the area. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. A preview of the PDF is not available ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Rusyanti Agel KramaIrwan SetiawidjayaThe Gulf is an area of water jutting inland and is often used as a port. In the 15th century — 17 M the Gulf of Semangka was passed by a sea-trading route before heading to Teluk Betung. However, this region is rarely mentioned in historical sources even though the ancient settlements have been found in the upstream of the Way Semangka since in the 10th century, so the absence of historical records in the downstream area or the gulf of Semangka becomes an important problem to solve. Through a descriptive reasoning method with geoarchaeological surveys and interviews, there were found 15 ancient settlements in the gulf of Semangka area as well as on a floodplain by leaving ceramic fragments from the 19 — 20 century. Results indicated that the settlement allegedly was built by the initial settlers of the Saibatin clan whose inhabiting the Gulf of Semangka through a short-haul river, and cross the ridge. The gap of settlement chronology between upstream and downstream is indicated due to the environmental vulnerability in this region as a result of its position on the active-control of Semangka fault. Keywords Ancient settlement, the gulf of Semangka, Tanggamus. AbstrakTeluk merupakan wilayah perairan yang menjorok ke daratan dan seringkali dimanfaatkan sebagai pelabuhan. Pada abad ke-15-17 M wilayah Teluk Semangka dilewati sebagai jalur perdagangan sebelum menuju Teluk Betung. Meskipun demikian, wilayah ini jarang sekali disebut dalam sumber sejarah, padahal permukiman kuno telah ada di bagian hulu Way Semangka sejak abad 10 M. Absennya catatan sejarah di wilayah hilir atau teluk Semangka menjadi masalah yanng menarik. Melalui metode penalaran deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui survei geoarkeologi dan wawancara, ditemukan 15 titik permukiman di kawasan Teluk Semangka dan sekaligus berada pada dataran limpahan banjir. Artefak yang ditemukan dominan berupa fragmen keramik abad ke19-20 M. Hasil penelitian mengindikasikan permukiman tersebut sebagai sebaran dari pemukim awal marga saibatin yang mendiami wilayah Teluk Semangka yang datang dari hulu di wilayah Liwa melalui sungai Semangka yang curam dengan jarak pendek, melintasi hutan dan punggung bukit. Jauhnya rentang kronologi permukiman antara hulu dan hilir diindikasi karena faktor kerentanan lingkungan akibat bencana karena lokasinya dipengaruhi oleh kontrol aktif sesar Semangka. Kata kunci Permukiman kuno, Teluk Semangka, TanggamusIda FaridaEndang RochmiatunNyimas Umi Kalsump class="MsoNormal" style="text-align justify;"> Artikel ini mengkaji tentang peran Sungai Musi dalam perkembangan peradaban Islam di Palembang yang dipengaruhi oleh Sungai Musi dan anak-anak sungainya. Kajian historis mengambil rentang waktu pada masa Kesultanan Palembang Darussalam sampai Hindia-Belanda. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Morfologi perkotaan Palembang mengikuti alur Sungai Musi mulai dari muara Sungai Ogan sampai ke muara Sungai Komering dengan bentuk seperti pita. Karena sangat ditentukan oleh sungai, maka ketika Islam berkembang di daerah ini membentuk peradaban sesuai dengan kondisi geografisnya. Pada masa Hindia-Belanda, beberapa warisan peradaban ini mengalami penyesuaian dengan kepentingan politik pembangunan. Morfologi Palembang berubah menjadi “kota daratan”. Meski belum sepenuhnya, ada upaya adaptasi dari masyarakat atas perubahan-perubahan itu. Morfologi kota berubah, dari waterfront menjadi waterback . Simbol-simbol Islam lokal mulai tergantikan dengan simbol-simbol kolonialis. Bahkan, arsitektur masjid dan keraton tidak luput dari unsur-unsur kolonialis. Kata Kunci Sungai Musi, peradaban Islam, Palembang. sejarah gunung rajabasa lampung selatan