Berikutini adalah cerita terjemahan dalam bahasa Lampung ( Hijolah cekhita tekhjemah dilom bahasa Lappung) Gunung Tangkuban Perahu Jawa Barat Sangkuriang dan Perahunya yang Jadi Gunung Tangkuban Perahu Dicekhitakon di suatu khani, Sangkuriang ngeminja di ghikni kuyuk si gelakhni Tumang. Kuyuk hino yaddo salah sai ketukhunan dewa si wat bettuwah. OlehAdministrator Diposting pada 27 Maret 2019. Ini adalah salah satu cerita rakyat Provinsi Lampung yaitu Legenda "Buaya Perompak" yang dikisahkan secara turun temurun. Sering pula dilantunkan sebagai sebuah dongeng untuk pengantar tidur anak - anak. Dikisahkan pada suatu masa, di Provinsi Lampung terdapatlah Sungai Tulang Bawang. Terdapat2 jenis prosa yaitu prosa lama dan prosa baru. Namun pada pembahsan kali ini kita fokus pada contoh prosa dalam Bahasa Lampung. Sebenarnya penjabaran mengenai prosa sangat luas. Sebab jenis prosa ada bagian-bagiannya misalkan bercerita tentang sejarah, hikayat, atau cerita rakyat. Pembagian Prosa Berikut pembagian prosa: 1. Prosa Lama Perkenalkon gelakh ku indra, sapa gelakh mu?) Aku sangat cinta kepada provinsi Lampung (Nyak demon baccong lawan provinsi Lappung) Aku rindu kamu (Nyak tikham niku) Aku sayang kamu (Nyak kahut niku) Terimakasih atas bantuannya (Tekhimakasih atas tulungni) Apa kabarmu hari ini ? (Api kabakhmu khani jo?) Kamu lagi ngapain (Niku api guai) Ceritafabel dalam bahasa lampung beserta artinya ?. Question from @Nanda216715 - Sekolah Menengah Pertama - Bahasa lain. Nanda216715 @Nanda216715. May 2020 1 55 Report. Cerita fabel dalam bahasa lampung beserta artinya ? febribella LABI-LABI PEMARAH PepaccurPepaccogh/Wawancan adalah salah satu jenis sastra lisan Lampung yang berbentuk puisi, yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan atau nasihat dalam upacara pemberian gelar adat (adek/adok). untuk wilayah Lampung Barat Belalau dikenal dengan istilah betettah adok atau butattah. Adapun ciri-ciri pepaccur adalah : 1. Tidak ada pembukaan. HTG7T. KisahWeb - Cerita bahasa Lampung tentang corona beserta artinya adalah sebuah contoh karangan kisah atau cerpen dengan menggunakan bahasa Lampung dalam atau COVID-19 yang terjadi mulai tahun 2019 dan awal 2020 sudah membuat dunia menjadi gempar. Di Lampung, ada ratusan kasus warga yang positif, dan ada pula yang itu memberikan pelajaran besar bagi kita untuk selalu menjaga kesehatan dan juga menerapkan gaya hidup yang sehat. Selain itu wabah juga memberikan gambaran bagaimana oknum di negeri ini menbarkan fintah berupa berita bohong soal ini adalah cerpen fiksi mengenai coronaCORONA Bekhita corona nyani heboh. Nyak khik keluakhga jadi khabai baccong. Apilagi lamon hulun perantau si mulang pekon, sikam khabai tiyan ngusung soal corona membuat heboh. Saya dan keluarga menjadi sangat takut. Apalagi banyak orang perantau yang pulang kampung, kami takut mereka membawa virus."Liak, di Bandar Lampung khadu lamon si kena corona" hani bak palas nunjukkon bekhita di TV."Lihat, di Bandar Lampung sudah banyak yang kena corona" kata bapak sambil menunjukan berita di TV."Waduh khapa ajo. Kham harus waspada. Lamon-lamon bedu'a khik ngejaga kesehatan" timbal emak."Waduh, gimana ini. Kita harus waspada. Banyak-banyak berdoa dan jaga kesehatan" sambut lassung ngeliak pepikha media online lampung khik akun-akun facebook bekhita lampung. Nyak tekhok ngeliak keadaan pun langsung melihat beberapa media online Lampung dan akun-akun facebook berita Lampung. Aku ingin melihat kondisi sebenarnya. Baca Juga Manfaat dakwah di media sosialTekhnyata benokh, corona khadu sappai Lampung. Malahan di Pringsewu wat puluhan jamma si kena. Di Bandar Lampung wat khatusan, hani tiyan si ngeni kabakh hino jak salah sai pusat khang benar, corona sudah sampai Lampung. Bahkan di Pringsewu ada puluhan orang yang kena. Di Bandar Lampung ada ratusan, katanya penyebaran itu dari salah satu pusat moneh lassung nyebarkon kabakh hijo di grup wa, facebook khik ku keni pandai ghik pun langsung menyebarkan kabar ini di grup wa, facebook dan juga kuberi tahu pada teman nyebar luas. Kidang pikha jam sekhaduni nyak di telepon jama Hendri, tetanggaku si kekheja di Bandar Lampung. Ia ngeni pandai bahwa bekhita si ku sebarkon hino konten tersebar luas. Namun beberapa jam kemudian aku di telpon oleh Hendri, tetanggaku yang bekerja di Bandar Lampung. Ia memberitahu bahwa berita yang kusebarkan itu adalah konten hoax."Astaga, mati nyak" ngedadak nyak jadi kekhabaian. Lassung kuhapus khik nyak nyani klarifikasi."Astaga, mati aku" seketika aku jadi ketakutan. Segera kuhapus dan aku membuat lamon bekhita hoax tentang corona. Malahan bekhita hoax tentang corona bacak ngebahayakon jak ki corona ni banyak berita hoax tentang corona. Bahkan berita hoax tentang corona lebih membahayakan daripada corona itu selesaiSobat, itulah cerita yang memberikan makna jangan terlalu percaya dengan pemberitaan. Sebab kini banyak sekali konten hoax yang disebarkan. Periksa dulu sumber beritanya, jangan langsung menyebarkan berita hanya karena beritanya menarik. Kadang banyak sekali oknum penebar berita yang sengaja mebuat konten hoax. Tujuannya membuat gaduh dan juga mencari pandemi terjadi, banyak sekali berita palsu yang sengaja dibuat. Al hasil banyak masyarakat yang takut berlebihan. Berita hoax corona juga berdampak pada penanganan yang bias, pemerintah pun menjadi kesulitan karena banyak konten hoax adu domba. Semoga Cerita bahasa lampung tentang corona ini bisa menjadi pelajaran untuk kita bersama. Dan semoga cerita ini bisa menjadi referensi pembelajaran. KisahWeb - Cerita Kancil dan Buaya dalam bahasa Lampung adalah terjemahan dari cerita berbahasa Indonesia. Dalam terjemahan ini, kisahnya di ringkas atau disingkat supaya lebih mudah dalam membaca ada banyak sekali kisah atau cerita tentang kancil yang cerdas dan si buaya yang kuat. Pada pembahasan kali ini, yang diceritakan adalah kisah ketika kancil menipu adalah cerita dengan bahasa Lampung-nya Sumber gambar KumbercerCekhita Kaccil Khik BuhaDicekhitako, kaccil si cerdik lagi bulapah di pullan. Ulih ngekhasa mahu, kaccil pun nyippok way pakai ia nginum. Pas lagi nginum, kaccil ngeliak di luppak way wat batang lepang, buah si paling didemoni ni. Kidang sayangni, way keliwat pandai ki ia mawat dapok lapah atau langui ngeluppaki way hino. Si kaccil khabai didaya ko hakhus ni mikikh kekhas. Ia nyippok cakha pakai ngeluppaki way si hakhus hino. Mendadak wat sekelompok buha si langui ngeliwati ni. Kaccil ngedapokkon akal si cemerlang."Wuy buha-buha!" kaccil mekik si lattang "Nyak wat kanikan pakai kutti!" laju hino takhu khik salah satuni mit pinggikh way ngekhadiki kaccil. "Hmm, niku temon, niku no kanikan sikam!" hani buha. "Eit belagi pai," hani kaccil. "Jo nyak wat kanikan lamon baccong, malahan keliwat lamon pakai kutti unyin," laju kaccil. "Cuba ukhau ghik-ghik kutti si bakhihni, khik haga ku jajakkon kanikan hino," hani jina ngukhau ghik-ghikni si bakhih, khik unyinni nguppul di way hino. Ulih lamonni bilangan buha si nguppul, way si bekhak khik way ni hakhus hino sappai happir latap. "Oke, tanno nyak harus ngehitung bilangan kutti pai in seunyinni kebagian!" hani khadu ni ia luccak jak tundun ni buha sai mit tundun ni buha si bakhihni, palas ngehitung. "Sai, khua, tellu, eppak, lima, enom," khik setekhusni, sappai ia khadu di luppak tegakh malih, kaccil mekik, "tekhima kasih buha-buha, kutti khadu ngenulung nyak luppak way!" Pepikha buha makhah ulih khadu dibuhungi, khik nyuba ngejarni. Kidang tiyan gagal ulih kaccil liccah baccong khik si mingan diakuk jak cekhita Kaccil khik Buha diatasKi kham haga hal si balak, khik ngekhasa mawat mingan atau wat kelemohan pakai ngewujudkonni, jadi Mikhik pai sekhabok khik nyippok cakha ngecapai kehaga jadi makhluk si tamak. Gegoh buha. Seandaini gaoh buha hino mawat tamak, pasti buha hino khadu mingan nganik kaccil. Ulih tamak, akhirni malahan mawat massa sama atau arti dalam bahasa IndonesiaNoted Terjemahan ini disesuaikan dengan tiap-tiap paragrahSuatu ketika ada seekor kancil cerdik sedang berjalan-jalan ke sebuah hutan belantara. Dalam perjalanan kacil merasa haus, ia pun mencari aliran air sungai untuk bisa diminum. Ketika sedang meminum, kancil melihat ada timun diseberang sungai. Sayangnya sungai itu berarus deras. Kancil pun sadar diri, ia tak kan mampu menyeberangi sungai. Si kancil ini amat takut terseret aliran air. Kancil pun berfikir supaya ia bisa menyeberangi sungai yang deras dan mengerikan itu. Kemudian datang penghuni hutan lainnya yakni buaya. Kancil pun mendapatkan ide. Kemudian kancil pun memanggil para buaya, kancil yang cerdik menyiapkan siasat untuk menipu buaya. “Hai buaya buaya!” teriak Kancil dengan lantang. “Aku punya makanan untuk kalian!” lanjut pun meneriaki kancil. "Kaulah makananku kancil". Namun si kancil memita buaya mendatangkan teman yang lain, sebab kancil hendak memberi tahu makanan yang lebih pun berkumpul, jumlahnya sangat banyak hingga mereka memenuhi sungai. Kemudian kancil berkoar. “Oke, sekarang aku harus menghitung jumlah kalian dulu supaya semuanya kebagian!” kata pun lalu melompat dari punggung satu buaya ke punggung buaya yang lainnya, sambil menghitung. “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam,” dan seterusnya, sampai ia tiba di seberang berlari pergi, Kancil pun berteriak, “terima kasih buaya-buaya, kalian sudah membantu aku menyeberang sungai!” Beberapa buaya marah karena sudah dibohongi, dan mencoba mengejarnya. Tapi mereka gagal karena Kancil sangat lincah dan yang Bisa Diambil Cerita Kancil dan BuayaKalau kita ingin sesuatu yang besar, dan merasa tidak bisa atau punya kelemahan untuk mewujudkannya, maka Berfikirlah sejenak dan mencari cara mencapai keinginan itu. Jangan jadi makhluk yang rakus. Seperti buaya. Andai saja buaya tersebut tidak rakus, maka buaya tersebut sudah bisa memakan kancil. Karena rakus, akhirnya malahan tidak dapet sama itulah Cerita Kancil dan Buaya Dalam Bahasa Lampung beserta arti dan makna atau nilai ceritanya. Semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita. Tabik puun... Sobat sekalian dimana saja berada, ketemu lagi kita dalam coretan-coretan tulisan kami. Kali ini kami akan membagikan kisah cerita yang sudah tidak asing lagi kehidupan Indonesia. Cerita ini berbentuk fabel yaitu sebuah cerita yang berisikan kehidupan hewan-hewan yang seolah dapat berbicara. Kisah yang akan dibagikan adalah kisah Gajah yang sombong yang sengaja kami gubah dalam bahasa Lampung dialek Talang Padang Tanggamus. Kalau dihitung-hitung, namanya baru belajar mungkin lebih banyak salahnya daripada benarnya. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, khususnya pelajar yang akan memperdalam bahasa Lampung, Aamiin..KISAH LIMAN SAI PUNGAH Kisah Sapa hulun lampung sai mak pandai jama Liman? Iya, liman sai dilom bahasa indonesia-ni gajah jadi simbol provinsi Lampung. Alkisah di jaman tumbai dilom khimba, uwat binatang-binatang sai hukhik angkon budamai jejama. Kemuakhian sina khadu beni tekhjadi. Kidang ketenganan tiyan sina teganggu ulih khatongni liman di tengah khimba sina. “Minggekh-minggekh pai kuti kenyin, liman sakti haga teliyu”, cawa liman mekik-mekik sekhaya nyipakko binatang api gawoh sai tihalu didepanni. Mak jawoh anjak sina, uwat lelabi, kelicci, kecot, manuk, khik napuh sai lagi nganik jukuk. Tiyan kemena bela memalihan disipak moneh jama liman. “aduiiii.... binatang api sina wuiii??? Mati balak badanni! Masyaallah pungah nihan mak pandai supan santun”, cawa kecot jama napuh. Lelabi nimbal “sepandaiku iya liman, iya ampai khatong di khimba sinji”. “payu kejadian sinji kham tiaduko gawoh jama baginda khaja!” cawa manuk. Tiyan lapah jejama mit jenganni khaja. “wih lawi... wih ulih api badan kuti? Bahaban kodo? Api hal ni?”, cawa lemawung, baginda khaja binatang khimba. “dang beni ga cecok disan, geluk ubati pai badanmu dilom!” timbal lemawung. Mak beni sekhadu sihat badanni, napuh nyekhitako kejadian jama lemawong. Haga luwah mata lemawung nahan makhahni di hati sekhadu ngedengis cekhita sina. “api maksudni liman? Beno nyak tenggalan sai nungga’i iya!”, timbal lemawung geluk malih anjak istana mit di khimba. “Hati-hati baginda khaja!”, timbal kelicci. Kesaktian lumpatan baginda khaja lemawung sangun mak salah-salah. Dilom sekian detik, iya khadu dacok putungga jama liman di khimba. “Hai liman! Mati jahat lelakunmu sina mak pandai supan santun! Sebangikni gawoh niku ngesesanik behaban binatang sai bakhih, niku musti tanggung jawab!” cawa hatang baginda khaja jama liman. Mak tisangka, luwah timbalni liman sekhaya butulak pinggang suw nyemit, “Oi baginda khaja, api pai ukhusanmu sina? nyak bibas disungi sinji, apikah uwat sai salahni?” “tengis betik-betik liman! anjak lelakunmu sina khadu pak wakhgaku makheng mak beuyunan! Mestini ki niku haga netop pujajama dija, niku mesti ngejaga betikni laku khik tunduk jama atokhan sai uwat dija” cawa lemawung ngenasihati. “Niku mak usah palai-palai nawai nyak, bakas tuha! Ki niku sangun hibat, jemoh kutunggu di penggekh wai kham tentuko sapa sai paling kuasa jak kham khua ji!” cawa liman pungah. “nah payu ki sangun haga khena”, timbal lemawung agak makhah. Baginda khaja geluk-geluk mulang. Togok di istana, baginda khaja sina langsung ngumpulko saunyinni binatang guwai mufakat jejama. Lemawung mekhatiko usul-usalan sai tikeni jama wakhgani. “Pusikam dang maju ngelawan liman, sikindua gawoh sai nyemuka, sikindua dacok ngelawan liman”, usul khuyan jama khaja. “khepa da pekhwatin, sepakat kodo jama usul khuyan?” timbal khaja “yaa patut.....” timbal binatang seunyinni. Jemoh pagini, saunyinni binatang di khimba kuppul di tanoh lapang khedik wai. Tiyan haga nyaksiko khuyan ngelawan liman. “Oi liman, tantanganmu kupenuhi. Niku ganta hadapi pai khuyan sinji. Iya khadu siap jama niku. Ki niku menang niku dapok sehaga-haga dilom khimba sinji”, cawa lemawong. “Oi bakas tuha, apikah niku khabai jama nyak ji? Payu kidah ki niku sangun haga goh ji, nyak khadu siap jak jeno, hahaha....” timbal liman cecakak pungah. Kain suluh khadu tianggat jama lemawong, tanda tanding dimulai. Liman langsung gawoh ngeayunko cukutni, nyipakko khuyah sai lebih lunik jak liman. Khuyan khadu busiap mekakh-mekhakhko bulu ni. Petikani cukut liman ngekhedik badan khuyan, bulu sina bekhubah jadi tajom nyanik cukut liman katan. “Aduiiiiiiii... cukutku sakik luwah khah... aduuiiiii... ampunnnnnn... “, cawa liman tekosokh mit tanoh. “Khadu khuyan, nyak ngaku kalah... cabukko pai khuwi-khuwi jak cukutku ji” cawa liman nyedih jama khuyan. “Payu kidah liman, nyak lepasko niku kidang uwat sakhatni! Niku musti ngekhubah lelakunmu khik ngejaga supan santun dilom khimba ji!”, timbal khuyan. “Payu wih kulaksanako. Nyak kilu mahap jama kuti, pekhwatin saunyinni....” timbal liman kesakik’an. Lemawung ngeni mahap jama liman, ditutuk saunyinni binatang sai uwat di khimba sina. Ujungni, khimba sina jadi hukhik angkon bujejama luwot goh memula. Kami memiliki cukup banyak cerita rakyat Lampung yang sering diceritakan di Masyarakat. Dari berbagai cerita rakyat Indonesia dari Lampung, kami paling suka kisah Aminah yang cerdik. Saya yakin banyak dari adik-adik yang suka cerita rakyat dari Lampung ini. Cerita rakyat nusantara ini mengisahkan seorang gadis yang cerdik yang bisa mengatasi masalah disaat kesulitan. Selain Legenda Buaya Perompak dan Aminah yang cerdik tersebut kami juga akan menceritakan sebuah fabel yang memiliki pesan moral yang baik. Selamat membaca. Cerita Rakyat Lampung Aminah yang Cerdik Cerita Rakyat Lampung Aminah yang Cerdik Aminah sedang mencuci di sungai. Kali ini ia sendirian, tidak bersama teman-temannya. Aminah adalah gadis yang cantik dan pintar. La tinggal bersama ayah dan ibunya di sebuah desa di dekat Sungai Tulang Bawang, Lampung. Saat mencuci, Aminah tak sadar bahwa ada sepasang mata dalam sungai yang sedang mengawasinya. Ya, itu adalah mata Buaya Perompak, buaya Penunggu Sungai Tulang Bawang. Keganasan Buaya Perompak sudah terkenal. Banyak manusia yang hilang begitu saja saat mencuci di sungai itu. Namun Aminah tidak takut, ia tetap mencuci sambil bersenandung kecil. Tiba-tiba, byuurrrrrrr… muncullah Buaya Perompak dari dalam sungai. Aminah sangat terkejut. Ia tak mengira bahwa Buaya Perompak berwajah begitu mengerikan. Badannya sungguh besar, giginya runcing dan tajam. Aminah pingsan seketika. Cerita Rakyat Lampung Aminah yang Cerdik dari Lampung “Di mana aku? Ibu… Ibu..” panggil Aminah lemah. Aminah berusaha bangkit dari tidurnya. Tiba-tiba terdengar suara “Ah… rupanya kau sudah sadar.” Aminah menoleh. Ternyata Buaya Perompak yang mengajaknya bicara. Meski ketakutan, Aminah berusaha tenang. Aminah yakin, jika ia tak melawan, buaya itu pasti tak akan membunuhnya. “Kau sekarang berada di gua kediamanku. Gua ini Ietaknya jauh di dasar sungai. Tak ada seorang pun yang bisa menolongmu,” kata Buaya Perompak. “Apa yang kau inginkan dariku? Mengapa kau tak membunuh dan memakanku saja?” tanya Aminah. “Ha… ha… ha… kau terlalu cantik untuk kumakan. Aku ingin menjadikanmu istri. Kau bersedia, bukan? Lihat perhiasan emas berlian di ujung sana. Aku akan memberikan semuanya padamu jika kau bersedia,” jawab Buaya Perompak. Aminah heran, dari mana asal semua perhiasan itu? Ia lalu berpikir keras. “Jika aku menolak, pasti aku akan dibunuhnya. Lebih baik kuterima saja Iamarannya, sambil mencari akal bagaimana keluar dari gua ini.” Aminah lalu menyetujui permintaan buaya itu. Mereka pun menikah dan menjadi suami-istri. Buaya itu benar-benar memanjakan Aminah. Ia memberi banyak perhiasan yang indah-indah pada istrinya. Ia juga menyediakan aneka makanan yang lezat. Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Aminah merasa bosan. Ia merasa sudah saatnya keluar dari gua itu dan kembali pada orang tuanya. Pelan- pelan, Aminah berusaha mengorek keterangan dari Buaya Perompak. “Dari mana kau mendapatkan semua perhiasan ini, Suamiku?” tanya Aminah suatu hari. Sambil bertanya, ia berpura-pura mengagumi sebuah kalung mutiara yang cantik. “Itu adalah hasil dari merampok orang-orang kaya. Sebenarnya aku adalah seekor buaya jadi-jadian. Namaku Somad, aku dulu adalah seorang perompak yang termahsyur. Namun kemudian aku dikutuk karena perbuatan jahatku. Jadilah wujudku seperti sekarang,” jawab Buaya Perompak panjang lebar. Aminah mengangguk-angguk tanda mengerti. “Pantas saja kau bicara seperti manusia. Lalu dari mana kau mendapatkan semua makanan ini? Tiap hari kau memberiku makanan yang lezat.” tanya Aminah lagi. “Itu mudah saja. Setiap bulan purnama, aku akan berubah wujud kembali menjadi manusia. Pada saat itu aku akan menjual sedikit perhiasan-perhiasan untuk ditukarkan dengan bahan makanan,” jelasnya. “Oh begitu.” jawab Aminah sambil mengangguk-angguk. “Apa orang-orang tidak curiga jika secara tiba-tiba kau keluar dari sungai ini?” tanya Aminah memancing. Buaya Perompak tak sadar kalau Aminah sedang berusaha mengorek keterangan darinya. “Ha… ha… tentu saja aku tak sebodoh itu. Aku telah membangun terowongan di balik gua ini. Terowongan itu langsung terhubung dengan desa yang kutuju,” kata buaya itu. Aminah mengingat semua perkataan suaminya dengan baik. Sekarang ia tahu cara untuk melarikan diri. Ia akan menunggu sampai buaya itu lengah, lalu ia akan Ian melalui terowongan itu. Saat yang ditunggu pun tiba. Suatu siang, Buaya Perompak tidur dengan pulasnya. Ia bahkan lupa menutup gua, sehingga Aminah dapat keluar dengan mudah. Aminah berjingkat- jingkat keluar menuju ke balik gua itu. “Ah, ternyata ini terowongannya,” kata Aminah dalam hati. Ia lalu menoleh ke belakang, memastikan bahwa Buaya Perompak tidak mengikutinya. Setelah memastikan semuanya aman, Aminah lalu masuk ke terowongan itu dan berjalan dengan cepat. Sesekali ia tersandung batu, karena keadaaan dalam terowongan itu gelap gulita. Kemudian, Aminah melihat seberkas cahaya. “Syukurlah, sebentar lagi aku akan sampai,” kata Aminah sambil mempercepat langkahnya. Aminah sampai juga di ujung terowongan itu. Buaya Perompak benar, ternyata ujung terowongan ini adalah sebuah desa di tepi Sungai Tulang Bawang. Aminah amat senang, akhirnya ia bebas. Ia menyusuri desa itu dan bertanya jalan tercepat menuju desa tempat tinggalnya. Setelah mendapatkan petunjuk dari beberapa orang, Aminah pun bergegas pulang ke desanya, ke rumah orangtuanya. Ayah dan ibunya menyambutnya dengan gembira. Mereka tak menyangka kalau Aminah masih hidup. “Kami kira kau sudah mati dimakan Buaya Perompak, Nak,” kata ibunya sambil memeluk Aminah erat-erat. Aminah tersenyum dan menceritakan pengalamannya. Berkat kecerdikannya, Aminah lolos dari sekapan Buaya Perompak. Berkat kecerdikannya pula, semua penduduk desa mengetahui rahasia Buaya Perompak. Sejak saat itu, penduduk desa menjadi lebih berhati-hati bila mencuci di Sungai Tulang Bawang. Pesan moral dari Cerita Rakyat Lampung Aminah yang Cerdik untukmu adalah jangan mudah panik saat menghadapi masalah. Gunakan akal dan pikiranmu, pasti ada jalan keluarnya. Cerita Rakyat Lampung Kumbang Macan dan Seekor Tawon Seekor tawon keluar dari sarangnya untuk mencari sebuah kebun penuh dengan bunga, sang tawon bersarang di hutan dan ketika para tawon mencari makanan mereka harus melewati hutan dan mencari kebun yang penuh dengan bunga, sang tawon terbang menyusuri hutan dan ditengah perjalanan sang tawon melihat seekor kumbang macan sedang diam di atas sebuah dahan kering, sang tawon menghampiri kumbang macan itu dan bertanya kepadanya “selamat siang tuan kumbang macan yang gagah perkasa maaf aku mengganggu mu, aku tawon yang bersarang di hutan ini dan aku dalam perjalanan untuk menari sebuah kebun yang dipenuhi oleh bunga untuk kami ambil sarinya, apa kau pernah melihat kebun itu?” sang kumbang macan menjawab “tuan tawon tidak usah memujiku seperti itu, selama aku terbang aku sama sekali tidak pernah melihat bunga di luar hutan ini tapi aku pernah mendengar kabar dari beberapa ekor lebah madu pekerja bahwa diluar hutan ke arah utara ada sebuah tempat yang dipenuhi oleh berbagai macam bunga, namun jarak dari hutan ini sangatlah jauh, kau harus melewati berbagai macam rintangan yang sangat sulit. Jika kau ingin pergi kesana aku juga akan pergi kesana karena disana kudengar dari para lebah para kumbang macan berkumpul disana.” jelas sang kumbang. Sang tawon setuju untuk pergi bersama dan berkata kepada sang kumbang “ya aku sangat ingin pergi kesana bersamamu, meskipun rintangan menghadang jika kita bekerjasama layaknya teman baik mungkin kita bisa mengatasinya.” setelah mereka berbincang kini mereka pergi ke arah utara menuju tempat itu, awalnya perjalanan mereka biasa saja tidak ada satupun dari mereka menghadapi bahaya. Namun ketika sang kumbang macan beristirahat di sebuah dahan karena lelah tiba-tiba seekor bunglon datang menghampiri ketika sang bunglon akan memakan sang kumbang sang tawon langsung menyengatnya beberapa kali hingga sang kumbang selamat dari ancaman. Setelah kejadian itu mereka melanjutkan perjalanan dan ditengah perjalanan sang tawon lengah, dia terjerat di sebuah sarang laba-laba, sang tawon berontak melepaskan dirinya dari jaring laba laba yang lengket ketika itu seekor laba-laba mendekatinya, sang kumbang yang melihat hal itu langsung menubruknya dengan kedua tanduknya sambil terbang, sarang laba-laba itu rusak dan sang tawon selamat meskipun sang kumbang terjerat oleh jaring-jaring yang putus namun dia berhasil melepaskan diri dari jaring-jaring itu. Kini mereka melanjutkan kembali perjalanannya hingga mereka sampai pada tempat yang diceritakan oleh para lebah, mereka terkejut ketika sampai disana ternyata tempat itu melebihi apa yang mereka pikirkan tempat itu sangat dipenuhi bunga, dan tempat itu dipenuhi juga oleh para kumbang macan. Selama perjalanan mereka saling membantu dalam menghadapi rintangan hingga akhirnya mereka mampu mencapai tujuan dengan selamat. Pesan moral dari Cerita Rakyat Lampung Kumbang Macan dan Seekor Tawon adalah bekerjasama dan saling bantu membantu akan membuat pekerjaan sulit menjadi lebih mudah. Teks warahan merupakan suatu teks yang berisi tentang cerita rakyat turun-temurun di daerah Lampung. Dahulu kala, warahan/wawaghahan telah dipakai untuk berbagai tradisi, misalnya tradisi menuai padi di sawah, atau ketika memetik cengkih dan lada di kebun/ladang. Biasanya warahan dibawakan oleh orang yang sudah dewasa, mulai dari ayah/ibu mereka, atau nenek dan kakek mereka. Tujuan dari disampaikan warahan yaitu untuk mengajak seseorang kepada jalan kebaikan. Sebab, kisah-kisah warahan lebih banyak berisi tentang semangat hidup, kisah-kisah heroik para pejuang Lampung misalnya kisah heroik Raden Intan I & II, berisi petuah/nasihat-nasihat yang memiliki nilai moral tinggi. Sekaligus warahan ini berfungsi sebagai media hiburan rekreasi, literasi, dan edukasi. Nah, berikut ini contoh teks warahan bahasa Lampung tentang “Si Pahit Lidah”, mari kita simak bersama-sama Dahulu kala wat sanak muda sai gelaghni “Pagar Bumi” tiyan enom bersaudara sai telah mengembara jaoh mak tentu rimbani. Pada suatu ghani ahli ghamal kerajaanpehalu jama Pagar Bumi selintas gawoh ia kak dapok menilai jemoh lusa Pagar Bumi sina bakal jadi ulun sai sakti, amun kesaktianni dapok ngebahayako kerajaan. Jak ghani sina juga Pagar Bumi ghk ulun tuhani mansa peghintah guwai ngehadop jak istana kerajaan. Disan Pagar Bumi mansa peghintah anjak Raja, ia musti ninggalko kerajaan jawa, ia munih di asingko guk Pulau Sumatera. Indukni menangis tersedu-sedu. Suatu ghani ia tunggak di desa sai megung permaisuri hulun sebai sai sakti ghik ngedok ilmu ghaib. Di desa sina ia berkenalan jama pemuda sebayani. Tiyan ngedengis pengumuman sai diluahko jama Ratu, siapa gawoh dapok belajar ilmu kesaktian jama ia. Sai mansa giliran sai pertama iyulah kancani. Pagar Bumi nunggu giliran ia mejong di ghuang tunggu pendopo. Ulah kamunnian ia terpedom, sappai giliranni ia mak minjak. Celakoni kancani munih mak ngeminjakko ia, padahal gelangni di sebut-sebut jama Ratu. Ratu pun mak sabar, ia ngeredik Pagar Bumi, ia ngegurah si Pagar Bumi, amun sia-sia, Pagar Bumi pasan mak minjak, si Ratu jeno akhirnya ngakuk way nginum segelas dan di bacako mantra, sappai Pagar Bumi sadar jak pedomni. Ia tekanjat ulah Ratu kak di hadopanni dan segala hulu balangni. Ia bingung ulah kancani mak dok di disan dan pengawal pun nyawako kalau kancani mak dok lari waktu niku pedom, si Pagar Bumi pun ngelanjutko lapah mit barat, tigoh di tepi ujung kulon. Pagar Bumi niat haga nyebrang mit selat sunda, akhirni ia tigoh di Pulau Sumatera,ia sappai di sebuah dusun di sumatera letih ia pun pedom debah pohon jama alas huluni kayu balak sai kak mati. Beghani-ghani ia mejong, ngeliyak hulun lalu lalang, amun mak dok ulun sai meghatikanni, seolah-olah mak dok Pagar Bumi sai mejong disan. Amun kak haga debingi appai penduduk minjak mit tiyan nuwo, wat kijang sai liwat di hadapanni ia tekanjat, ghik cawa “Batu”, ajaibni kijang sina langsung jadi batu, sejak sina ia jadi sombong. Ia pun di juluki “ Si Pahit Lidah”. Berita sina sappai kedaerah Lampung. Pada waktu sina Lappung ngedok sebuah kerajaan sai gelaghni “Danau Maghrib”, awalni di perintah jama Raja sai arif ghik bijaksana. Raja sina wat telu sanak, tiyan iyulah Dewi Sinta, Gunawan Suci, ghik Gunawan Sakti. Amun sayang seghadu Raja wafat tahta kerajaan di akuk jama puakhi raja sai lalim. Ke ghua anak Raja jeno haga tewot ngedengisko si Pagar Bumi sai wat kelebihanni, ia dacok ngeguai hulun sai di sapani jadi batu. Khabar nasib keghua putra Raja tersebar keseluruh penjuru dunia. Kakak ni sai tuha Dewi Santi miwang tersedu-sedu ulah duka sai mendalam. Selama pigha ghani Dewi Santi mak mengan ghik mak pedom. Pada ghani ke 5 seghadu kepergian apakni Dewi Santi pedom bangik temon, dilom pedomni ia mimpi ia di ghtongi keghua ulun tuhani, tiyan ngejuk petunjuk cara-cara ngehadopi si Pahit Lidah ghik ngebebasko adik tiyan sai terkena ia ngehadop pamanni sai ganta jadi raja, ia kilu izin haga guk Bukit Pesagi guwai ngebebasko keghua adik ni. Akhirni Dewi Santi cakak kuda menuju Bukit Pesagi, ia nutup cupingni jama kapas, si Pahit Lidah ngeguda, amun Dewi Santi mak terpengaruh, ia nginggokko api sai dipesanko jama ulun tuhani. Tigoh diunggak Bukit Pesagi, Dewi Sinta hiran, ia ngeliyak burung sai pintagh nyanyi iwat munih pohon sai dapok ngeluarko bunyi-bunyian bak musik alami. Amun ia geluk sadar, kalau keghatonganni lain guwai ngehibur ia, melainkan ngebebasko keghua adikni sai kak jadi batu. Ia geluk mit debah jak kuda sesuai api sai dicawako jama ulun tuhani, ia ngeghedik guk pangkal puhun beghingin, disalah satu celah batang puhun ia ngakuk sebuah peti kayu sai dilomni wat abu. Tigoh pok si Pahit Lidah, tiba-tiba bughung ajaib hinggap di bahu si Pahit Lidah, ia pun mak dacok begheghak lagi, sang putri langsung menyumbat mulut si Pahit Lidah jama kapas. Seghadu sina ia naburko abu anjak kotak guk pudak ulun-ulun sai kak ngebatu. Saat sina munih patung-patungni beghubah jadi manusia, geluk-geluk tiyan lijung, ulah dicawako jama burung sina serebok lagi si Pahit Lidah dapok bergerak. Si Pahit Lidah sakik hatini ulah ia liom ulah dikalahko jama muli helau sai jak jawoh kemahan lemah lembut. Seghdu sina ia ninggalko daerah Bukit Pesagi. Si Pahit Lidah sappai di ulu sungai ogan, ngeredik tepi sai berbatuan sai keliayak tertata guai pok pemandian. Tigoh suatu ghani ia tunggak di kerajaan tanjung menang, gelagh rajani iyulah Nurrullah atau si Pak Mata. Si Pahit Lidah teliyu kebun milik Raja sai di jaga jama telu puluh tentagha, ulah ia haus ia kilu jeruk, mak di juk jama penjaga kebun, ia rabai di marah jama Rajani, si Pahit Lidah pun marah “ ah, jeruk pahik gohna gawoh mak di jak ngilu, kikir temon”. Jemohni Raja marah “ ulah jeno biasani mikmik sina kak jadi pahik”, akhirni pengawal ngeceritako tantang si Pahit Lidah. Si Pahit Lidah tekanjat ulah sang Raja iyulah kakak si Pahit Lidah. Sai akhirni si Pahit Lidah jadi helau ia mak lagi marah,dendam, bahkan ia bahagia. Si Pahit Lidah akhirnya ia nikah jama muli helau sai gelagh ni Dayang Merindu. ——————–Tamat——————–

cerita dalam bahasa lampung beserta artinya